Nama : Gaby Clara S.P.W
NPM : 22211985
Kelas : 3EB03
TUGAS 1
Sumber : warta kota (Selasa, 8 Oktober 2013)
·
Argumentatif
(suatu alasan yang disertai dengan bukti) → Naratif ( cerita dari suatu
peristiwa)
Karna
(51) adalah salah satu dari puluhan penjual bawang dan ratusan pedagang kaki
lima lain yang memadati kawasan Jalan Ahmad Yani, Pasar Anyar Kota Tangerang.
Ironisnya, Karna adalah penjual yang letaknya tepat didepan gedung PD Pasar
jaya Pasar Anyar.
Kepada Koran Warta Kota, secara terang-terangan
Karna mengakui bahwa sebenarnya para pedagang dilarang berjualan di trotoar dan
badan jalan. Karena pendapatan yang tidak seimbang perhari jika berjualan
didalam pasar per hari menjadi ala an wanita separuh baya ini untuk tetap
berjualan di pinggir jalan.
Karna
menuturkan, jika ia dan pedagang lainnya menuruti aturan penghasilannya sangat
berbeda jauh, jika berjualan didalam pasar, tidak ada orang yang menghampiri ke
dalam pasar kalu sudah siang. Di badan jalan, Karna biasa berjualan mulai pukul
06.00 hingga pukul 17.00. pendapatan yang diperolehnya pun beragam setiap
harinya. Mulai dari Rp 600.000 perhari.
Lain
halnya, jika Karna harus berjualan didalam pasar. Sehari ia hanya memperoleh Rp
200.000 per hari. Hanya ramai saat pagi. Saat menjelang siang dan sore hari
hamper tidak ada pembeli yang dating menghampiri.
Berkali-kali
ditertibkan
Dijelaskan
Karna pada Warta Kota, lapak
tempatnya berjualan pun berkali-kali ditertibkan. Saat ditertibkan, ia pindah
ke tempat lain dan nanti jika sudah sepi dari par petugas ia mulai berjulan
lagi di sini.
Hal
senada juga dilontarkan Elfrida (40), penjual bumbu dapur di pinggiran Jalan
Ahmad Yani Pasar Anyar meskipun baru sekitar dua bulan berjualan, Elfrida juga
mengakui bahwa penghasilan yang ia dapat ketika berjualan di luar asar jauh
lebih banyak, ujar wanita warga Tanah Tinggi, Tangrang yang menjual jahe,
temulawak, kayu manis, lada dan bumbu dapur lainnya.
Sementara
itu, Doni (39), seorang penjual minuman ringan gerobak di pinggiran jalan
mengaku bahwa ia sudah berjualan di titik yang sama kurang lebih selama 20
tahun, “ yang penting kan kita tidak menyusahkan pejalan kaki. Kendaraan juga
masih bisa lewat kok”, ujarnya.
Doni
menuturkan, untuk PKL yang dagangannya bukan sayur-sayuran dan buah-buahan,
tidak dipermasalahkan berdagang di pinggiran jalan. Ia menambahkan, dirinya
sendiri sehari bias berpenghasilan Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per hari.
Menyempit
4 meter
Seperti yang dipantau oleh Warta Kota di lokasi pada Sabtu pukul
10.00 hingga 11.00, banyak tenda dan payung warna-warniberagam jenis PKL
terlihat memenuhi badan jalan dan trotoar Jalan Ahmad Yani. Mulai dari pedagang
sayuran, pedagang buah, pedagang makanan dan minuman gerobak, hingga penjual
tas dan DVD.
Keberadaan
PKL tersebut pun mengganggu arus lalu lintas. Pasalnya, badan Jalan Ahmad Yani
yang selebar kurang lebih 8 meter, kini menyusut hingga 4 meter. hal itu
menyebabkan arus lalu lintas dua arah di
jalan tersebut menjadi terhambat. Kendaraan yang dating aria rah jalan Pasar
Anyar Selatan maupun Anyar Utara yang hendak menuju gedung PD Pasar Jaya Pasar
Anyar pun hamper selalu berjibaku di depan gedung pasar. Ragam suara klakson
dari berbagai macam kendaraan yang hamper setiap detik bersahut-sahutan di
jalan ini pun bukan menjadi suatu hal yang aneh lagi.
Pagi
Hari
Sejumlah
pengguna jalan pun mengakui bahwa keberadaan para PKL memang membuat mereka
gerah. Ayun (51) salah seorang pengunjung pasar saat ditemui Warta Kota
mengatakan jika sudah siang masih mending jika dibandingkan pagi hari, yang
membuat tarik urat ujarnya.
Sementara
Hamidah (28), warga lainnya mengatakan, PKL disana pernah beberapa kali
ditertibkan. Namun, penertiban tersebut tidak bertahan lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar