Kamis, 10 Oktober 2013

Paradigma Kehidupan Jalanan


Jenis artikel : deskriptif

Nama : Gaby Clara Sinta Putri Widiana
Kelas  : 3EB03
NPM   : 22211985

Tugas ke-2 Part 1 B.ndonesia 2# (Softskill)
-Membuat 2 buah tulisan pendek berbeda dengan bentuk/ sifat yang berbeda-




            Kadang aku sering menyesal karena tidak memberi uang kepada para pengamen yang menghampiri angkutan umum yang aku tumpangi, setelah aku lihat raut mukanya ketika tidak ada seorang pun yang memberi uang kepadanya. Bahkan seringkali aku memikirkan ini berhari-hari, bagaimana nasib pengamen itu? Aku hanya empati..
            

             Hujan turun deras sekali hari ini, tetapi anak- anak itu masih saja berlarian kesana kemari seakan tidak peduli akan derasnya hujan yang membasahi sekujur badan mereka. Aku menatap dari balik kaca bis metromini ini. Hanya bisa mengucap syukur, jika melihat banyak anak-anak jalanan itu yang sangat bersemangat mencari uang seakan terik panasnya matahari tidak menjadi penghalang, melawan kerasnya kehidupan jalanan. Perjuangan hidup ini memang sulit akupun mengakuinya.. semuanya seakan hanya diukur dengan uang, materi,kedudukan dan harta seperti hukum di hutan rimba yang kuatlah yang berkuasa.
            
            Aku sedikit membuka jendela, mencari sedikit udara segar di tengah-tengah polusi ibukota dan pengapnya udara di dalam bis metromini ini. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, pengamen kembali menaiki metromini yang aku tumpangi ini. Aku merogoh saku celanaku, berniat untuk memberikan beberapa uang recehan kepada salah seorang anak laki-laki kecil itu.
            Lampu merah di persimpangan jalan ini lama sekali. Ada 154 detik. Paradigma lalu lintas hari Senin ini cukup padat merayap, karena semua harus mengawali hari mereka pada hari senin ini untuk kembali bekerja.
            
            Lagi- lagi aku melihat kerumunan anak jalanan, tetapi lain dari yang sebelumnya aku lihat. Segerombolan anak punk dan satu per satu dari mereka menghampiri ke berbagai kendaraan umum yang berjejer berbaris menunggu perlahan detik lampu merah. Mereka bernyanyi sesuka hati mereka membentuk suatu konsonan kata dalam lagu yang tidak beraturan, dengan tato yang entah permanen atau semi permanen di hampir sekujur tubuh mereka, lalu rambut yang berdiri keatas, diacat dengan warna terang seperti menirukan landak dan tindikan anting-anting dibagian yang tidak sewajarnya di tindik.
            
            Aku tidak berkata bahwa anak punk itu semuanya tidak baik, tetapi menurutku mereka yang ada dijalanan ini salah penempatan. Mungkin aku mendeskripsikan mereka, agak berlebihan tapi ini yang sesungguhnya aku lihat di kedua mataku dan pikiranku mulai bertanya-tanya. Karena kedua mataku daritadi tak hentinya mengamati mereka semua.
            
           Kemana orangtua mereka? Itu keren? Gaya hidup atau pilihan hidup sih? Dan seterusnya mereka mau menjadi seperti ini seumur hidup mereka? Mau menyumbangkan apa di hidup mereka?
           
           Itu sekelumit pertanyaan yang muncul di otakku, aku memang belum sukses, tapi setidaknya aku berusaha untuk menggapai kesuksesan dan aku juga tidak berkata kalau aku lebih baik dari mereka, aku juga bukan siapa-siapa mereka, seharusnya aku memang tidak berhak memikirkan ini semua, apalagi mendeskripsikan yang tidak-tidak tentang mereka, akan tetapi mereka generasi muda bangsa ini bukan? Penerus.. banyak yang lebih baik dilakukan..
           
         Aku pernah membaca suatu artikel dan menonton beberapa berita yang meliput tentang mereka. Mereka melakukan ini semua dijalanan hanya ingin bebas menuruti jalan pikiran mereka yang masih labil, meninggalkan orangtua yang sangat mencintai mereka dengan tulus, rela pergi kekota besar seperti ini rela meninggalkan rumah karena muak dengan setumpuk aturan yang orangtua mereka berikan. Lalu mabuk, tidur dimana saja, kerja serabutan melawan kerasnya kehidupan sendirian, dan tentunya bersama teman-teman sesama mereka yang sewaktu-waktu bisa saja terkena konflik yang berkepanjangan.
         
        Semua itu memang pilihan hidup mereka dan aku sama sekali tidak berhak ikut campur sedikitpun. Live has been you’re change guys! Kita menulis sendiri catatan harian kehidupan kita. Dan kini aku hanya bisa menunduk, diam dann prihatin.. (Oleh gaby clara)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar